Kelompok 4 GKM 13 MU "Bangkit" menjelaskan tentang Ruang kelas SI , Kelompok ini terbentuk dari mata kuliah Manajemen Umum Jurusan Sistem Informasi - Politeknik Negeri Bali.

Rabu, 04 Agustus 2010

Nama Kelompok ( Kelompok 4 GKM 13 "Bangkit")

Readmore »»

Penguraian Masalah dengan konsep Diagram Sebab Akibat (Fish Bones/Ishikawa)

Diagram sebab akibat atau lebih dikenal dengan sebutan Fish bones / Ishikawa adalah metode pencarian akar penyebab terjadinya suatu permaslahan. Metode ini sering dilakukan pada proses produksi yang menghasilkan defect pada barangnya. Ishikawa dilakukan dengan cara menganalisa komponen yang mungkin mempunyai andil besar terjadinya kecacatan (deect) pada hasil produksi. Dalam bidang produksi, komponen-komponen yang dianalisa meliputi :
1. Man Power (Bahanbaku)
2. Machine (sarana dan prasarana)
3. Method (Prosedur Operasi)
4. Meansurement (Kebiasaan)
5. Maintenance (Sistem penyediaan perawatan)
6. Management (Kebijakan)
Dalam kelompok GKM 13 “Bangkit”, yakni dengan permasalahan “Ruang Kelas MI yang belum tersedia dengan baik”, kami akan mengupasnya lebih jauh agar mendapatkan solusi yang tepat.
• Karena kami menitikberatkan pada kelas yang ada, maka kami mengangkat topik mengapa ruang kelas MI yang ada tidak terawat dengan baik. Setelah kami analisa sementara ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut, yakni :
1. Ulah Mahasiswa.
2. Kurangnya CS.
Dengan metode 5 Why, kami mencoba mencari penyebabnya, kami ambil masing masing permasalahan dari tiap komponen yang menanyakan penyebabnya secara berturutan, kami mulai dari yang pertama yaitu :

1. Ulah Mahasiswa
Kenapa dengan ulah mahasiswa ?
Karena mungkin baru menjadi seorang mahasiswa
Kenapa karena mereka baru menjadi mahasiswa ?
Menyebabkan mereka bisa bertindak semaunya dengan acuh dengan fasilitas yang ada di kelas.
Kenapa meraka bisa bertindak acuh demikian ?
Karena kebiasaan dari dulu
Kenapa karena kebiasaan dari dulu ?
Karena cara berpikir mereka sempit
Kenapa cara berpikir mereka sempit ?
Kurangnya budi pekerti dalam diri masing-masing mahasiswa

Solusi : Jadi budi pekerti sejak dini itu penting untuk membentengi diri dari sifat-sifat arogan dan tidak peduli dengan lingkungan terutama yang ada di kelas, selain itu perlu juga mengaktifkan kegiatan piket di kelas agar setidaknya ada kesadaran dari dalam diri mahasiswa untuk menjaga dan merawat kelasnya dengan baik.

2. Kurangnya CS (Cleaning Service)
Kenapa dengan jasa CS ?
Karena biasanya belum jam pulang sudah menyuruh mahasiswa pulang dan segera menutup kunci gedung.
Kenapa mereka demikian?
Karena terlalu terburu-buru bekerja mungkin agar cepat pulang.
Kenapa ?
Mengakibatkan mereka menyapu hanya sekedar saja
Kenapa mereka menyapu hanya sekedar saja ?
Berarti ketidak profesionalan dalam bekerja
Kenapa bekerja tidak profesional ?
Karena mungkin gaji yang diperoleh kurang

Solusi : Kenyamanan dalam bekerja dan ketidakprofesionalannya merupakan salah satu kekurangan yang ada. Maka itu mungkin diperlukan dialog lagi dengan mereka, dan meningkatkan gaji dan tunjangan buat mereka. Selain itu perlu juga dilakukan pengawasan untuk memantau mereka dalam bekerja.

Dengan metode 5 Why, kita mencoba mencari penyebabnya, kita ambil masing masing permasalahan dari tiap komponen yang menanyakan penebabnya secara berturutan berdasarkan 7M tersebut yaitu :
1. Man Power (Bahanbaku)
Kami memasukkan bahan baku karena ini merupakan salah satu faktor fasilitas, arana dan prasarana menjadi cepat rusak. Hal ini terpacu karena kualitas dari bahan itu sendiri memiliki kualitas yang buruk karena terpacu dari harga bahan yang relative murah seingga kualitas yang didapat sesuai dengan harganya.
2. Machine (sarana dan prasarana)
Tidak terawatnya fasilitasyang ada sebelumnya mengakibatkan fasilitas tersebut cepat rusak. Tidak adanya tindakan tegas dari atasan untuk memperbaiki membuat fasilitas tersebut berangsur-angsur memburuk. Mungkin hal ini disebabkan karena tidak tersedianya dana untuk melakukan perawatan runin terhadap fasilitas yang ada.
3. Method (Prosedur Operasi)
Adanya piket ternyata tidak memberikan andil yang cukup signifikan terhadap perawatan ruang kelas. Hal ini disebabkan karena jadwal piket tidak berjalan sesuai rencana karena banyak mahasiswa yang dating terlambat sehingga tidak sempat untuk melakukan piket sebelum jadwal kuliah dimulai. Mahasiswa yang malas juga member kesan acuh tak acuh dalam menjalankan piket agar sesuai dengan rencana. Selain itu pengurus kelas yang tidak tegas mengakibatkan mahasiswa tidak peduli terhadap piket, ada ataupun tidaknya piket mereka seakan tak peduli. Perawatan fasilitas yang baik tidak hanya tergantung dai mahasiswa melainkan juga oleh jasa cleaning service yang terdapat dikampus. Cleaning service hendaknya juga ikut merawat fasilitas yang adal dalam ruang kelas.
4. Meansurement (Kebiasaan)
Kebiasaan mahasiswa yang memiliki cara berfikir yang pendek seakan memperlihatkan budi pekerti mahasiswa yang kurang. Hal ini dapat dicerminkan dalam hal, mahasiswa mebunag sampah sembarangan dan tindakan mencorat-coret fasilitas yang ada dalam ruangan kelas.
5. Maintenance (Sistem penyediaan perawatan)
Sistem penyediaan perawatan yang kurang baik juga mengakibatkan system belajar dan mengajar berjalan tidak semestinya sehingga menimbulkan kesan yang tida nyaman terhadap proses tersebut. Mungkin ini disebabkan oleh tidak adanya sanksi tegas terhadap mahasiswa maupun terhadap jasa cleaning service.
6. Management (Kebijakan)
Kebijakan yang kurang tegas sering kali mengakibatkan mahasiswa menjadi acuh tak acuh terhadap perawatan ruang kelasnya dan sifat yang saling lempar tanggungjawab yang diperlihatkan oleh mahasiswa.

Dari FishBones di atas, kami mengambil data dari responden yaitu beberapa mahasiswa jurusan Manajemen Informasi guna menanyakan penyebab yang mereka anggap berpeluang besar sebagai factor utama, dengan ketentuan 1 orang diberikan kesempatan memilih lebih dari 1 faktor.

Dari hasil pencatatan, diperoleh:




Untuk membuat Control chart dari data yang kami dapat, perlu diadakan beberapa perhitungan beberapa komponen meliputi p, CL, UCL, dan LCL.






CL=p ̅n=0,29×40=11,6

UCL=p ̅n+3√(p ̅n(1-p ̅))
UCL=11,6+3√(11,6(1-0,29))
UCL=11,6+3√8,236
UCL=11,6+3×2,87
UCL=11,6+8,61
UCL=20,21

LCL=p ̅n-3√(p ̅n(1-p ̅))
LCL=11,6-3√(11,6(1-0,29))
LCL=11,6-3√8,236
LCL=11,6-3×2,87
LCL=11,6-8,61
LCL=2,99

Berdasarkan nilai CL, UCL, dan LCL kita dapat membuat Control Chart seperti gambar dibawah ini :


Readmore »»

Langkah GKM untuk Memecahkan Masalah

Topik GKM dari kelompok kami adalah “Ruang Kelas MI yang belum tersedia dengan Baik”. Permasalahan ini merupakan hal yang paling signifikan jika kita bicarakan, namun hal ini juga merupakan hal yang harus ditindak lanjuti segera guna menjaga citra Jurusan Teknik Elektro itu sendiri. Manajemen Informasi merupakan program studi di bawah naungan Teknik Elektro. Namun dalam pembahasan kali ini kelompok kami memfokuskan pada Program studi Manajemen Informasi. Menginjak tahun ketiga Program studi ini tidak memberikan perubahan yang signifikan mengenai saran dan prasrana penunjang belajar dan mengajar. Contohnya saja ketersediaan ruangan untuk mahasiswa MI. untuk dapat belajar saja kita sering kali harus berpindah-pindah ruangan guna dapat memnuhi kewajiban kita untuk menuntut ilmu. Kalaupun kita mendapat kelas, itu tidak membuat kita merasa lega namun merasa tidak nyaman akan ruangan itu sendiri. Jelas saja kita merasa tidak nyaman, ruangan yang kita tempati tidak memenuhi standar fasilitas yang harus kita dapat selama proses belajar dan mengajar. Faslitas yang tersedia menyebabkan mahasiswa selalu merasa tidak nyaman. Contoh saja AC yang, meja dan kursi yang juga rusak, pemandangan di sekeliling ruangan yang menampilkan keindahan tembok yang di corat-coret. Jika kita melihat contoh diatas, sungguh tidak sewajarnya jika ruangan tersebut digunakan sebagai sarana belajar dan mengajar. Efek yang di timbulkan untuk mahasiswa adalah mahasiswa akan terus mengeluh dengan fasilitas yang ada tersebut namun tidak berfungsi dengan baik dan mengakibatkan kurang konsentrasi mahasiswa dan juga menimbulkan sifat jenuh. Para pengajar tentu juga mendapat efek dari semua itu, yaitu materi yang disampaikan tidak akan diterima sempurna oleh mahasiswa Karen konsentrasi mahasiswa pasti akan terbagi.
Untuk masalah seperti ini sering kali menimbulkan asumsi-asumsi publik yang mungkin dapat di telaah lebih rinci seperti fasilitas dalam ruangan yang menjadi masalah utama selain ketersediaan ruang kelas untuk program studi MI. Disini kita perlu mengetahui penyebab- penyebabnya, apakah kurangnya perawatan terhadap fasilitas yang ada sebelumnya ataukah ketersediaan ruangan yang kurang di fungsikan.

Permasalahan
Minimnya fasilitas yang dimiliki oelh setiap ruang kelas menimbulkan banyak efek terhadap mahasiswa. Ruangan yang tidak terawatt dan tidak adanya tindakan untuk melakukan tindak lanjut terhadap fasilitas ruangan mengakibatkan fasilitas cepat rusak dan system belajar mengajar mahasiswa pun menjadi terganggu dan merasa tidak nyaman akibat minimnya fasilitas yang dapat berfungsi pada setiap ruangan.

Menganalisa Penyebab yang ada
Dari masalah diatas, dari tahun ke tahun fasilitas yang terdapat pada jurusan Teknik Elektro terutama Program Studi Manajemen Informasi semakin minim bahkan fasilitas didalamnya pun semakin jauh dari kata nyaman dan asri. Disini kami dapat menimpulkan bahwa ketidaktersediaan Ruang kelas MI dengan baik meliputi beberapa factor utama yaitu :
• Tidak terawatnya ruangan beserta fasilitas didalamnya
• Fasilitas yang terdapat di dalam ruangan cepat rusak
Dari factor utama diatas, ada hal-hal lain yang memicu adanya factor pendukung lainnya yang melibatkan peran mahasiswa itu sendiri dalam proses perawatannya. Misalnya yaitu :
• Adanya piket yang tidak berjalan dengan sesuai
• Budi pekerti mahasiswa yang kurang
• Adanya sanksi yang tidak tegas
• Mahasiswa selalu lempar tanggungjawab
Dari sebagian besar faktor-faktor diatas memicu minat belajar mahasiswa menjadi kurang karena tidak adanya ketersediaan fasilitas yang memadai. Hal di atas pula mengakibatkan mahasiswa menjadi acuh tak acuh untuk merawat ruangan yang sudah ada.

Rancangan Perbaikan sebagai tindak lanjut Permasalahan
Dari hasil analisa masalah diatas, kami akan mencoba melakukan beberapa perbaikan guna menciptakan ruang kelas agar tersedia dengan baik.
a. Piket yang tidak berjalan dengan baik
Adanya piket seharusnya merupakan suatu langkah maju guna melakukan perawatan terhadap fasilitas, sarana dan prasarana dalam ruang kelas. Namun hal ini tidak menjadi motivasi mahasiswa untuk melakukannya karena mahasiswa berfikir untuk mengandalkan jasa cleaning service saja. Harusnya mahasiswa juga berperan penting dalam melakukan perawatan ruang kelas ini, karena sesuatu itu dimulai dari mahasiswa, oleh mahasiswa dan untuk mahasiswa. Sebaiknya piket ini tetap berjalan, kalaupun yang mendapat giliran piket tidak melaksanak tugasnya dengan baik, sebaiknya para pengurus kelas member sanksi tegas berupa pembayaran denda yang nantinya hasil pembayaran dapat digunakan untuk memperbaiki fasilitas kelas yang rusak.
b. Budi pekerti Mahasiswa kurang
Budi pekerti mahasiswa yang kurang seringkali berakibat fatal bagi ketersediaan fasilitas yang baik. Contohnya saja, mahasiswa seringkali membuang sampah disembarang tempat yang membuat lingkungan menjadi kotor. Mahasiswa memiliki sifat ringan tangan untun melukis ataupun menulis di sembarang tempat yang membuat fasilitas seperti meja dan tembok menjadi kotor.
c. Sanksi tidak tegas
Adanya sanksi yang tidak tegas mebuat mahasiswa menjadi cuek dan acuh tak acuh terhadap lingkungan ruang kelasnya. Seperti dikatakan diatas tadi, sebaiknya setiap pelanggaran yang dilakukan oleh mahasiswa dipungut biaya denda. Nantinya biaya denda itu sendiri dapat dialihfungsikan untuk mengganti fasilitas yang rusak dan melakukan perawatan jangka panjangnya.
d. Mahasiswa lempar tanggungjawab
Mahasiswa tidak pernah mengakui apa yang telah dilakukannya, mahasiswa selalu bersifat lempar tanggungjawab. Sebaiknya tidak seperti itu, mahasiswa harus selalu memilki rasa tanggungjawab terutama untuk merawat lingkungan sekitar terutama untuk merawat ruang kelasnya sendiri guna ruang kelas dapat digunakan dengan baik sesuai dengan fungsinya.
Readmore »»

Ruang Kelas MI yang belum Tersedia dengan Baik di lingkungan Politeknik Negeri Bali

Setelah melihat pembahasan teori di atas kami mengambil topik PDCA dengan judul “Ruang kelas MI yang belum tersedia dengan baik”. Dalam sistem pembelajaran di sekolah ataupun universitas, selain guru atau pun para dosen, sarana dan prasarana seperti ruang kelas yang nyaman memiliki peranan terpenting dalam proses pendidikan. Mengapa demikian?? Karena dengan memiliki kelas yang tetap dan gedung yang asri, akan menimbulkan semangat belajar dari para mahasiswa itu sendiri, dan tentunya semakin cepat terwujudnya peningkatan prestasi para mahasiswa itu sendiri.
Seperti kita liat sekarang ini, dari jurusan dan program studi yang ada di Politeknik Negeri Bali, hanya jurusan elektro yang tidak memiliki gedung sendiri. Walaupun sepatutnya kita juga bersyukur karena gedung yang kita impikan sudah rampung namun tetap saja kita merasa khawatir, karena gedung yang baru belum 1 tahun berdiri sudah menampakkan kecacatan dimana-mana, dari ruang kelasnya yang bocor, temboknya yang retak, dan juga tempatnya yang kurang strategis. Di sini kami lebih menitik beratkan pada kelas yang ada saja, karena masalah gedung itu bukan wewenang kami yang berbicara. Maka dari itu kami akan coba membahas permasalahan ini dengan menggunakan metode PDCA.

Plan, artinya merencanakan. Kita harus menentukan masalah mutunya, dalam hal ini yaitu kurang tersedianya kelas bagi mahasiswa MI. Kemudian kita juga harus menentukan penyebabnya apa, apakah dari kurangnya biaya dalam perawatannya, bangku yang rusak, kelas yang kotor, coretan dimana-mana, AC yang tidak berfungsi, dll. Serta memulai untuk merancang perbaikan.

Do, lakukan rencana tersebut. Suatu rencana tidak akan membuahkan suatu hasil apapun, kecuali dilakukannya. Adapun kekurangannya segera di perbaiki, bukankah kita telah membayar uang gedung selama kuliah, mulai dari memperbaiki AC yang rusak, mengganti bangku dan kursi yang sudah rusak, dan mungkin mengecat tembok, karena kita liat tembok yang semula berwarna putih kini sudah menjadi cokelat. Apakah dengan menyewa jasa cleaning service yang lebih bermutu lagi. Demi terbentuknya proses pembelajaran yang baik.

Check, periksa hasil perbaikan yang telah dilakukan, kita harus ikut turun dalam merawatnya. Di sini semua aspek harus peduli dan menjaga benda-benda yang ada di dalam ruang kelas itu sendiri, bukan hanya mengandalkan jasa cleaning service yang ada. Untuk menilai sejauh mana telah melangkah, apa yang sudah di raih, apa ada yang tidak sesuai dengan rencana, atau apa rencana belum berhasil, impian masih juga belum terwujud? Maka dari itu, berevaluasi untuk menemukan solusinya.

Action, merupakan bentuk tindakan perbaikan dari hasil evaluasi terhadap proses pelaksanaan. Setelah kita mengevaluasinya dan mendapatkan solusinya, Kita perbaiki kesalahan kita bersama-sama, dan kita lanjutkan usaha kita tersebut. Jangan pernah putus asa, jangan pernah menyerah.


5 Why ...

Dalam kelompok GKM 13 “Bangkit”, yakni dengan permasalahan “Ruang Kelas SI yang belum tersedia dengan baik”, kami akan mengupasnya lebih jauh agar mendapatkan solusi yang tepat.

• Karena kami menitikberatkan pada kelas yang ada, maka kami mengangkat topik mengapa ruang kelas SI yang ada tidak terawat dengan baik. Setelah kami analisa sementara ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut, yakni :
1. Ulah Mahasiswa.
2. Kurangnya CS.

Dengan metode 5 Why, kita mencoba mencari penyebabnya, kita ambil masing masing permasalahan dari tiap komponen yang menanyakan penyebabnya secara berturutan, kita mulai dari yang pertama.

1. Ulah Mahasiswa
Kenapa dengan ulah mahasiswa ?
Karena mungkin baru menjadi seorang mahasiswa
Kenapa karena mereka baru menjadi mahasiswa ?
Menyebabkan mereka bisa bertindak semaunya dengan acuh dengan fasilitas yang ad di kelas
Kenapa meraka bisa bertindak acuh demikian ?
Karena kebiasaan dari dulu
Kenapa karena kebiasaan dari dulu ?
Karena cara berpikir mereka sempit
Kenapa cara berpikir mereka sempit ?
Kurangnya budi pekerti dalam diri masing-masing mahasiswa

Solusi : Jadi budi pekerti sejak dini itu penting untuk membentengi diri dari sifat-sifat arogan dan tidak peduli dengan lingkungan terutama yang ada di kelas, selain itu perlu juga mengaktifkan kegiatan piket di kelas agar setidaknya ada kesadaran dari dalam diri mahasiswa untuk menjaga dan merawat kelasnya dengan baik.

2. Kurangnya CS (Cleaning Service)
Kenapa dengan jasa CS ?
Karena biasanya belum jam pulang sudah menyuruh mahasiswa pulang dan segera menutup kunci gedung.
Kenapa mereka demikian?
Karena terlalu terburu-buru bekerja mungkin agar cepat pulang.
Kenapa ?
Mengakibatkan mereka menyapu hanya sekedar saja
Kenapa mereka menyapu hanya sekedar saja ?
Berarti ketidak profesionalan dalam bekerja
Kenapa bekerja tidak profesional ?
Karena mungkin gaji yang diperoleh kurang

Solusi : Kenyamanan dalam bekerja dan ketidakprofesionalannya merupakan salah satu kekurangan yang ada. Maka itu mungkin diperlukan dialog lagi dengan mereka, dan meningkatkan gaji dan tunjangan buat mereka. Selain itu perlu juga dilakukan pengawasan untuk memantau mereka dalam bekerja.
Readmore »»

Minggu, 27 Juni 2010

Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram)

Diagram Sebab Akibat (Fishbone Diagram)
Bila Non Conformance telah diketahui mana frekuensi yang terbesar dan yang terpenting, maka untuk selanjutnya adalah menganalisis bagaimana simpangan terhadap spesifikasi ini terjadi. Cause and Effect Diagram digunakan untuk menganalisis persoalan dan faktor-faktor atau sebab-sebab yang menimbulkan persoalan tersebut. Dengan demikian diagram tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan sebab-sebab suatu persoalan yang ada. Diagram ini ditemukan oleh Dr. Kaoru Ishikawa. Sebab-sebab atau faktor-faktor yang menimbulkan akibat atau effect yang mempengaruhi karakteristik kualitas itu antara lain dapat digolongkan sebagai berikut :

• Manpower (Men)
• Materials
• Methods
• Machines
• Others
Kadang-kadang alasannya cukup jelas, kadang-kadang diperlukan lagi cukup banyak penyelidikan untuk mengungkapkan sebab-sebabnya. Langkah yang dipergunakan ialah (Eugene L. Grant, 1989):
-> Mendefinisikan masalah. Dapat dilihat dari hasil Pareto Diagram.
-> Memilih masalah yang utama. Kemudian Masalah Utama pada proses kita letakkan pada Fish Head (Kepala Ikan).
-> Menspesifikasikan Kategori Utama penyebab sumber-sumber masalah. Faktor-faktor penyebab atau Kategori Utama dapat dikembangkan melalui stratifikasi kedalam pengelompokan dari faktor-faktor: Manpower (Men), Machines, Matherials, Methods dan Others.
-> Mengidentifikasikan kemungkinan sebab masalah ini. Yaitu dengan membuat Penyebab Sekunder sebagai tulang yang berukuran sedang dan Penyebab Tersier/yang lebih kecil sebagai tulang yang berukuran kecil.
-> Mengambil tindakan-tindakan korektif yang perlu dilakukan untuk mengatasi penyebab-penyebab utama tersebut.
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dari suatu masalah yang sedang dikaji dapat dikembangkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut (Vincent Gaspersz, 2001):
• Apa penyebab itu ?
• Mengapa kondisi atau penyebab itu terjadi ?
• Bertanya “Mengapa“/ “Why “ beberapa kali (Konsep Five Whys) sampai ditemukan penyebab yang cukup spesifik untuk diambil tindakan peningkatan. Penyebab-penyebab spesifik itu yang dimasukkan atau dicatat kedalam Fishbone Diagram/Diagram Sebab-Akibat.

Pada dasarnya Fishbone Diagram/Diagram Sebab-Akibat berfungsi untuk:
• Membantu mengidentifikasi Akar Penyebab dari suatu masalah.
• Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.
• Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut.

Readmore »»

Check Sheet

Yang disebut dengan Check Sheet adalah suatu lembar/formulir yang mana item-item yang akan diperiksa telah dicetak dalam formulir tersebut dengan maksud agar data dapat dikumpulkan secara mudah dan ringkas. Sehingga Check Sheet adalah suatu tool yang paling mudah untuk menghitung seberapa sering sesuatu terjadi atau Check Sheet adalah tool yang sederhana tetapi teratur untuk pengumpulan dan pencatatan data.

Dalam penyusunan Check Sheet perlu diperhatikan beberapa hal antara lain:
• Bentuk lajur-lajur untuk mencatat data harus jelas.
• Data yang hendak dikumpulkan dan dicatat harus jelas tujuannya.
• Kapan data dikumpulkan harus dicantumkan.
• Data harus dikumpulkan secara jujur.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pemakaian Check Sheet adalah (Vincent Gaspersz, 2001):
• Memudahkan proses pengumpulan data terutama untuk mengetahui bagaimana sesuatu masalah sering terjadi. Tujuan utama dari penggunaan Check Sheet adalah membantu mentabulasikan banyaknya kejadian dari suatu masalah tertentu dan penyebab tertentu.
• Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sedang terjadi. Dalam kaitan ini, Check Sheet (Lembar Periksa) akan membantu memilah-milah data kedalam kategori yang berbeda seperti penyebab-penyebab, masalah-masalah dan lainnya.
• Menyusun data secara otomatis sehingga data itu dapat dipergunakan dengan mudah.
• Memisahkan antara opini dan fakta. Kita sering berfikir bahwa kita mengetahui suatu masalah atau menganggap suatu penyebab itu merupakan hal yang paling penting. Dalam hal ini Check Sheet akan membuktikan opini kita apakah benar atau tidak.
Ada enam langkah untuk membuat Check Sheet ialah:
- Menjelaskan tentang tujuan pengumpulan data.
- Identifikasi apakah Variable atau Attribute variasi yang akan diukur.
- Menentukan waktu dan tempat pengukuran.
- Mulai mengumpulkan data untuk item yang sedang diukur.
- Menjumlahkan data yang telah dikumpulkan tersebut. Dalam hal ini kita harus menjumlahkan banyaknya kejadian untuk setiap kategori yang akan diukur.
- Memutuskan untuk mengambil tindakan peningkatan atas penyebab masalah yang sedang terjadi itu. Perlu diingat untuk setiap tindakan peningkatan harus diambil berdasarkan fakta dan bukan hanya berdasarkan opini. Bila ada hal-hal yang masih meragukan berkaitan dengan fakta yang ditemukan dalam pengumpulan data kita perlu melakukan verifikasi data yang telah terkumpul tersebut.
Readmore »»

Konsep pokok TQM

Mempertahan dan meningkatkan mutu secara keseluruhan, sehingga memungkinkan produk dan jasa perusahaan berada pada tingkat yang paling ekonomis yang dapatmemberikan kepuasan kepada pelanggan secara keseluruhan.
TQM ini sangat mengutamakan adanya Gugus Kendali Mutu ( Quality Control Circle ),
yaitu :

a. sebuah mekanisme dan dinamika yang menjamin adanya evaluasi terhadap berbagai hasil yang diperoleh secara kontinyu, dalam sebuh kelompok.
b. Setiap anggota kelompok melakukan hal tersebut dengan motivasi dan kesadaran yang mendalam akan tanggung jawabnya sebagi anggota organisasi, yang hidup matinya tergantung dari kondisi orgnasasi tempat ia bekerja tersebut.
c. Setiap kelompok biasanya terdiri dari 3 – 8 orang, yang secara sukarela mengadakan kegiatan pengendalian mutu di tempat ia bekerja.

Ciri khas Gugus kendali mutu :
a. Setiap anggota bekerja sama dan melakukan kegiatan atas prakarsa mereka sendiri
b. Setiap anggota selalu berinteraksi untuk saling mempengaruhi
c. Setaip anggota kelompok saling mengenal dengan baik, sehingga dapat berdiskusi secara terbuka
d. Anggota kelompok mengadakan pertemuan secara rutin untuk mendiskusikan berbagai masalah guna mencapai tujuan bersama
Sikap yang diharapkan dari setiap anggota kelompok :
a. Saling menghormati atas dasar persamaan
b. Mengormati dan menghargai setiap prakarsa/inisiatiif dan kebebasan dari setiap anggota kelompok
c. Saling memberi informasi, sehingga setiap masalah dapat diatasi bersama dengan optimal

Sasaran / tujuan yang hendak dicapai dalam Gugus Kendali Mutu :
a. Mengurangi kesalahan yang ada dan sekaligus meningkatkan mutu
b. Menyadari akan pentingnya kerja kelompok
c. Mendorong dan meningkatkan partisipasi dan motivasi individu
d. Membangkitkan sikap dapat mencegah dan mengatasi berbagai masalah
e. Memperbaiki dan mengembangkan komunikasi dan hubungan antar pihak dalam perusahaan
f. Mendorong pengembangan pribadi dan kepemimpinan
g. Mendorong sikap dapat melakukan efisiensi dan perbaikan secara terus menerus

Mekanisme dalam Gusus Kendali Mutu :
Memutar roda : Plan -> Do -> Check -> Action
-> Plan, Rencanakan dengan baik sebelum memulai suatu pekerjaan ( mendesain, budgeting, scheduling, dll )
-> Do, Kerjakan sesuai rencana
-> Check, Periksa pekerjaan apakah sudah sesuai dengan yang direncanakan ( apakah sesuai dengan spesifikasi dan keinginan pelanggan )
-> Action, Ambil tindakan koreksi/penyesuaian atas penyimpangan, susun rencana baru yg lebih baik ( periksa apakah langganan puas dengan hasil tersebut )

8 langkah untuk mencapai tujuan yang diharapkan :
1. Menemukan persoalan yang sebenarnya
2. Menemukan penyebab terjadinya persoalan
3. Mempelajari faktor yang paling berpengaruh
4. Mempertimbangkan langkah-langkah yang tepat
5. Menerapkan langkah yang tepat
6. Mengecek hasil yang diperoleh
7. Mencegah timbulnya persoalan yang sama
8. Persoalan-persoalan lain yang tak terpecahkan
Readmore »»

GUGUS KENDALI MUTU (GKM)

MAKSUD
GKM adalah suatu sistim dalam manajemen usaha yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan mutu produksi, dalam rangka meningkatkan daya-saing produk yang dihasilkan. Sistim ini dilaksanakan melalui pemasyarakatan cara pandang, cara analisa dan diagnosa dan solusi sesuatu masalah (inefisiensi, produktivitas rendah dan rendahnya mutu pekerjaan/produk) di lingkungan kerja seluruh jajaran SDM perusahaan, sehingga dapat membentuk kebiasaan (habit) yang diterapkan dalam etos kerja dan budaya produksi kompetitif.

Fungsi dan kegunaan GKM adalah (1) Penerapan/pentradisian GKM di lingkungan perusahaan IKM akan ikut mempercepat sosialisasi budaya produksi kompetitif melalui praktek nyata dalam kehidupan perusahaan sehari-hari, sehingga hasilnya akan jauh lebih efektif daripada sistim ceramah teori yang sering terkendala oleh daya-serap peserta dari kalangan IKM dan (2) Apabila pemasyarakatan GKM dapat diterapkan semakin meluas di kalangan IKM, hal ini akan berdampak positif bagi kemajuan dan pertumbuhan IKM terutama oleh faktor pendorong knowledge-based.
Maksud pelatihan GKM adalah untuk menghasilkan suatu konsep baru untuk meningkatkan mutu dan dan produktivitas kerja industri/jasa.
Pengertian GKM di dalam perusahaan adalah sekelompok kecil karyawan yang terdiri 3 - 8 orang dari unit kerja yang sama dengan sukarela secara berkala dan berkesinambungan mengadakan pertemuan untuk melakukan alat kendali mutu dan proses pemecahan masalah.
GKM ini adalah untuk mendaya gunakan seluruh asset yang dimiliki perusahaan/instansi terutama sumber daya manusianya secara lebih baik, guna meningkatkan mutu dan produktivitas, nilai tambah serta meningkatkan keuntungan semua pihak termasuk produsen, karyawan, konsumen maupun pemerintah.
TUJUAN
Tujuan GKM adalah untuk mendayagunakan seluruh aset yang dimiliki perusahaan/instansi terutama sumber daya manusianya secara lebih baik, guna meningkatkan mutu dalam arti luas.
Tujuan penerapan GKM, antara lain untuk : 1. Peningkatan mutu dan peningkatan nilai tambah. 2. Peningkatan produktivitas sekaligus penurunan biaya 3. Peningkatan kemampuan penyelesaian pekerjaan sesuai target 4. Peningkatan moral kerja dengan mengubah tingkah laku 5. Peningkatan hubungan yang secara antara atasan dan bawahan. 6. Peningkatan ketrampilan dan keselamatan kerja 7. Peningkatan kepuasan kerja.
8. Pengembangan tim (Gugus Kendali Mutu)
Readmore »»